Rangkuman PAI Kelas 10 SMA Bab 3: Menjalani Hidup Penuh Manfaat dengan Menghindari Berfoya- foya, Riya’, Sum’ah, Takabbur, dan Hasad
Hidup Berfoya-Foya
Pengertian Sifat Hidup Berfoya-Foya (Tabdzir atau Isrof)
Sikap tabzir dan israf memiliki kemiripan perngertian dan makna. Tabzir (boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak pada jalannya. Dengan kata lain, yang dimaksud pemborosan yaitu mengeluarkan harta tidak haq. Apabila seseorang mengeluarkan harta sangat banyak tetapi untuk hal-hal yang dibenarkan oleh Islam, maka bukan termasuk pemborosan. Sebaliknya, jika seseorang mengeluarkan harta meskipun sedikit, tetapi untuk hal-hal yang dilarang agama, maka ia termasuk pemboros.
Allah Swt sangat tidak menyukai seseorang yang mempergunakan harta secara berlebihan (israf) dan tanpa manfaat. Mereka menghamburkan harta sia-sia dan melupakan hak-hak orang lain atas hartanya. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia membelanjakan harta melewati batas kepatutan menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya untuk kepentingan dunia maupun akhirat. Sifat israf ini dipengaruhi oleh godaan uang dan harta pada seseorang yang lemah imannya.
Pengertian Sifat Hidup Berfoya-Foya (Tabdzir atau Isrof)
Sikap tabzir dan israf memiliki kemiripan perngertian dan makna. Tabzir (boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak pada jalannya. Dengan kata lain, yang dimaksud pemborosan yaitu mengeluarkan harta tidak haq. Apabila seseorang mengeluarkan harta sangat banyak tetapi untuk hal-hal yang dibenarkan oleh Islam, maka bukan termasuk pemborosan. Sebaliknya, jika seseorang mengeluarkan harta meskipun sedikit, tetapi untuk hal-hal yang dilarang agama, maka ia termasuk pemboros.
Allah Swt sangat tidak menyukai seseorang yang mempergunakan harta secara berlebihan (israf) dan tanpa manfaat. Mereka menghamburkan harta sia-sia dan melupakan hak-hak orang lain atas hartanya. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia membelanjakan harta melewati batas kepatutan menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya untuk kepentingan dunia maupun akhirat. Sifat israf ini dipengaruhi oleh godaan uang dan harta pada seseorang yang lemah imannya.
Contoh Perilaku Sifat Hidup Berfoya-foya (Tabzir dan Israf)
Contoh Tabzir dan Israf dalam Makan dan Minum
Seseorang mengambil banyak makanan dan minuman pada suatu acara tasyakuran. Ia takut tidak mendapat bagian, tanpa sama sekali tidak mempertimbangkan daya tampung perut. Akhirnya ia tidak sanggup menghabiskan makanan dan minuman tersebut.
Seseorang mengambil banyak makanan dan minuman pada suatu acara tasyakuran. Ia takut tidak mendapat bagian, tanpa sama sekali tidak mempertimbangkan daya tampung perut. Akhirnya ia tidak sanggup menghabiskan makanan dan minuman tersebut.
Contoh Tabzir dan Israf dalam Berbicara
Berkata-kata yang tidak penting dan tidak perlu, baik secara langsung bertemu dengan lawan bicara ataupun melalui media elektronik, termasuk media sosial. Contoh lain misalnya, menggunakan kuota internet untuk searching dan chatting hal-hal yang tidak perlu.
Berkata-kata yang tidak penting dan tidak perlu, baik secara langsung bertemu dengan lawan bicara ataupun melalui media elektronik, termasuk media sosial. Contoh lain misalnya, menggunakan kuota internet untuk searching dan chatting hal-hal yang tidak perlu.
Contoh Tabzir dan Israf dalam Penampilan
Memakai perhiasan emas di kedua tangan, leher, jari jemari, dan kaki pada saat pertemuan warga. Berpakaian mahal, mewah lengkap dengan tas import dari luar negeri.
Memakai perhiasan emas di kedua tangan, leher, jari jemari, dan kaki pada saat pertemuan warga. Berpakaian mahal, mewah lengkap dengan tas import dari luar negeri.
Dampak Negatif Sifat Hidup Berfoya-Foya (Tabdzir atau Isrof)
1. Terlalu sibuk mengurusi kebahagiaan duniawi, melalaikan akhirat.
2. Menimbulkan sifat iri, dengki, dan pamer.
3. Dapat memicu frustasi apabila hartanya habis.
4. Berpotensi menimbulkan sifat kikir.
1. Terlalu sibuk mengurusi kebahagiaan duniawi, melalaikan akhirat.
2. Menimbulkan sifat iri, dengki, dan pamer.
3. Dapat memicu frustasi apabila hartanya habis.
4. Berpotensi menimbulkan sifat kikir.
Cara Menghindari Sifat Hidup Berfoya-Foya (Tabdzir atau Isrof)
1. Membelanjakan harta sesuai dengan skala prioritas kebutuhan.
2. Membiasakan bersedekah dan membantu orang lain.
3. Bergaya hidup sederhana.
4. Selalu bersyukur.
5. Bertindak selektif dan terencana.
6. Bersikap rendah hati.
1. Membelanjakan harta sesuai dengan skala prioritas kebutuhan.
2. Membiasakan bersedekah dan membantu orang lain.
3. Bergaya hidup sederhana.
4. Selalu bersyukur.
5. Bertindak selektif dan terencana.
6. Bersikap rendah hati.
Riya dan Sum’ah
Pengertian Sifat Riya’ dan Sum’ah
Secara bahasa, sum’ah berarti memperdengarkan. Secara istilah, sum’ah yaitu memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang dilakukan kepada orang lain agar dirinya mendapat pujian atau sanjungan.
Riya’, secara bahasa berarti menampakkan atau memperlihatkan. Secara istilah, riya’ yaitu melakukan ibadah dengan niat supaya mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.
Riya’ dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu riya’ khalish dan riya’ syirik. Riya’ khalish yaitu melakukan ibadah hanya untuk mendapat pujian dari manusia semata. Sedangkan riya’ syirik yaitu melakukan suatu perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan sekaligus juga karena ingin mendapatkan sanjungan dari orang lain.
Riya’ dan sum’ah merupakan sifat tercela yang menyebabkan amal ibadah menjadi sia-sia. Sifat riya’ dan sum’ah bisa muncul pada diri seseorang pada saat melakukan ibadah ataupun setelah melakukannya. Rasulullah Saw menegaskan bahwa riya’ termasuk syirik khafi, yaitu syirik yang samar dan tersembunyi. Hal ini dikarenakan sifat riya’ terkait dengan niat dalam hati, sedangkan isi hati manusia hanya diketahui oleh Allah Swt.
Pengertian Sifat Riya’ dan Sum’ah
Secara bahasa, sum’ah berarti memperdengarkan. Secara istilah, sum’ah yaitu memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang dilakukan kepada orang lain agar dirinya mendapat pujian atau sanjungan.
Riya’, secara bahasa berarti menampakkan atau memperlihatkan. Secara istilah, riya’ yaitu melakukan ibadah dengan niat supaya mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.
Riya’ dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu riya’ khalish dan riya’ syirik. Riya’ khalish yaitu melakukan ibadah hanya untuk mendapat pujian dari manusia semata. Sedangkan riya’ syirik yaitu melakukan suatu perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan sekaligus juga karena ingin mendapatkan sanjungan dari orang lain.
Riya’ dan sum’ah merupakan sifat tercela yang menyebabkan amal ibadah menjadi sia-sia. Sifat riya’ dan sum’ah bisa muncul pada diri seseorang pada saat melakukan ibadah ataupun setelah melakukannya. Rasulullah Saw menegaskan bahwa riya’ termasuk syirik khafi, yaitu syirik yang samar dan tersembunyi. Hal ini dikarenakan sifat riya’ terkait dengan niat dalam hati, sedangkan isi hati manusia hanya diketahui oleh Allah Swt.
Ciri-Ciri Riya’ dan Sum’ah
1. Selalu menyebut dan mengungkit amal baik yang pernah dilakukan.
2. Beramal hanya sekadar ikut-ikutan bersama orang lain.
3. Malas atau enggan melakukan amal saleh apabila tidak dilihat oleh orang lain.
4. Melakukan amal kebaikan apabila sedang berada di tengah khalayak ramai.
5. Amalannya selalu ingin dilihat dan didengar agar dipuji oleh orang lain.
6. Ekspresi amal berbeda karena sedang dilihat oleh orang lain atau tidak.
7. Tampak lebih rajin dan bersemangat dalam beramal saat mendapat sanjungan, sebaliknya semangatnya akan turun apabila mendapat cemoohan dari orang lain.
1. Selalu menyebut dan mengungkit amal baik yang pernah dilakukan.
2. Beramal hanya sekadar ikut-ikutan bersama orang lain.
3. Malas atau enggan melakukan amal saleh apabila tidak dilihat oleh orang lain.
4. Melakukan amal kebaikan apabila sedang berada di tengah khalayak ramai.
5. Amalannya selalu ingin dilihat dan didengar agar dipuji oleh orang lain.
6. Ekspresi amal berbeda karena sedang dilihat oleh orang lain atau tidak.
7. Tampak lebih rajin dan bersemangat dalam beramal saat mendapat sanjungan, sebaliknya semangatnya akan turun apabila mendapat cemoohan dari orang lain.
Dampak Negatif Riya’ dan Sum’ah
1. Muncul rasa tidak puas atas amal yang telah dikerjakan.
2. Muncul rasa gelisah saat melakukan amal kebaikan.
3. Merusak nilai pahala dari suatu ibadah, bahkan bisa hilang sama sekali.
4. Mengurangi kepercayaan dan simpati dari orang lain.
5. Menyesal apabila amalnya tidak diperhatikan oleh orang lain.
6. Menimbulkan sentimen pribadi dari orang lain karena adanya perasaan iri dan dengki.
1. Muncul rasa tidak puas atas amal yang telah dikerjakan.
2. Muncul rasa gelisah saat melakukan amal kebaikan.
3. Merusak nilai pahala dari suatu ibadah, bahkan bisa hilang sama sekali.
4. Mengurangi kepercayaan dan simpati dari orang lain.
5. Menyesal apabila amalnya tidak diperhatikan oleh orang lain.
6. Menimbulkan sentimen pribadi dari orang lain karena adanya perasaan iri dan dengki.
Cara Menghindari Sifat Riya’ dan Sum’ah
1. Meluruskan niat.
2. Menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah Swt.
3. Memohon pertolongan Allah Swt.
4. Memperbanyak rasa syukur.
5. Memperbanyak ingat kematian.
6. Membiasakan hidup sederhana.
1. Meluruskan niat.
2. Menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah Swt.
3. Memohon pertolongan Allah Swt.
4. Memperbanyak rasa syukur.
5. Memperbanyak ingat kematian.
6. Membiasakan hidup sederhana.
Takabur
Pengertian Sifat Takabur
Takabur adalah sikap seseorang yang menunjukkan sifat sombong atau merasa lebih kuat, lebih hebat dibanding orang lain. Orang takabur selalu meremehkan dan merendahkan orang lain, tidak mau mengakui kehebatan dan keberhasilan orang lain, dan menolak kebenaran. Pendapat orang lain dianggap tidak ada gunanya, dan tak mau menerima saran dari orang lain. Sifat takabur termasuk penyakit hati yang sangat dibenci oleh Allah Swt, karena membuat seseorang ingin terus menerus menunjukkan kehebatan dirinya di hadapan orang lain.
Allah Swt.berfirman dalam Q.S al-A’raf/7: 40 berikut ini:
Pengertian Sifat Takabur
Takabur adalah sikap seseorang yang menunjukkan sifat sombong atau merasa lebih kuat, lebih hebat dibanding orang lain. Orang takabur selalu meremehkan dan merendahkan orang lain, tidak mau mengakui kehebatan dan keberhasilan orang lain, dan menolak kebenaran. Pendapat orang lain dianggap tidak ada gunanya, dan tak mau menerima saran dari orang lain. Sifat takabur termasuk penyakit hati yang sangat dibenci oleh Allah Swt, karena membuat seseorang ingin terus menerus menunjukkan kehebatan dirinya di hadapan orang lain.
Allah Swt.berfirman dalam Q.S al-A’raf/7: 40 berikut ini:
اِنَّ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُجْرِمِيْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat.” (Q.S al-A’raf/7: 40)
Dampak Negative Sifat Takabur
1. Dibenci oleh Allah Swt. dan rasul-Nya
2. Dibenci dan dijauhi oleh masyarakat
3. Mata hatinya terkunci dari memperoleh hidayah kebenaran
4. Mendapatkan siksa dan kehinaan di akhirat
5. Dimasukkan kedalam neraka
1. Dibenci oleh Allah Swt. dan rasul-Nya
2. Dibenci dan dijauhi oleh masyarakat
3. Mata hatinya terkunci dari memperoleh hidayah kebenaran
4. Mendapatkan siksa dan kehinaan di akhirat
5. Dimasukkan kedalam neraka
Cara Menghindari Sifat Takabur
1. Menyadari kekurangan dan kelemahan dirinya. Semua manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari kekurangan dan kelemahan tersebut agar tidak merasa lebih hebat dari orang lain.
2. Menyadari bahwa hidup di dunia hanya sementara. Pada saat yang sudah ditentukan, kematian akan menjemput setiap manusia. Itu artinya, kehidupan di dunia hanya sebentar dan sementara. Banyak orang menjadi takabur karena melupakan hal ini. Mereka mengira bahwa kehidupan dunia kekal selamanya, hingga lupa bekal hidup di akhirat.
3. Berusaha selalu menghargai orang lain. Sikap menghargai orang lain dapat ditumbuhkan dengan selalu berpikir positif. Kekurangan dan kelemahan yang ada pada orang lain bukan untuk dicaci maki, tetapi untuk dimaklumi dan dibantu sesuai kemampuan. Jika sudah mampu menghargai orang lain, maka dengan sendirinya sifat takabur akan hilang.
4. Bersifat rendah hati (tawadhu’). Rendah hati merupakan lawan dari sifat takabur. Setiap kelebihan yang dimiliki oleh seseorang merupakan karunia dari Allah Swt. Bisa saja nikmat dan karunia tersebut dicabut oleh Allah Swt. dari diri seorang hamba.
1. Menyadari kekurangan dan kelemahan dirinya. Semua manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari kekurangan dan kelemahan tersebut agar tidak merasa lebih hebat dari orang lain.
2. Menyadari bahwa hidup di dunia hanya sementara. Pada saat yang sudah ditentukan, kematian akan menjemput setiap manusia. Itu artinya, kehidupan di dunia hanya sebentar dan sementara. Banyak orang menjadi takabur karena melupakan hal ini. Mereka mengira bahwa kehidupan dunia kekal selamanya, hingga lupa bekal hidup di akhirat.
3. Berusaha selalu menghargai orang lain. Sikap menghargai orang lain dapat ditumbuhkan dengan selalu berpikir positif. Kekurangan dan kelemahan yang ada pada orang lain bukan untuk dicaci maki, tetapi untuk dimaklumi dan dibantu sesuai kemampuan. Jika sudah mampu menghargai orang lain, maka dengan sendirinya sifat takabur akan hilang.
4. Bersifat rendah hati (tawadhu’). Rendah hati merupakan lawan dari sifat takabur. Setiap kelebihan yang dimiliki oleh seseorang merupakan karunia dari Allah Swt. Bisa saja nikmat dan karunia tersebut dicabut oleh Allah Swt. dari diri seorang hamba.
Hasad
Pengertian Sifat Hasad
Hasad adalah sifat seseorang yang merasa tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain karena memperoleh suatu nikmat dan berusaha menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini muncul pada diri seseorang dikarenakan adanya rasa benci terhadap segala sesuatu yang dimiliki orang lain, baik berupa harta benda ataupun jabatan. Misalnya, ketika ada teman membeli gadget baru, kalian merasa tidak senang dengan keadaan tersebut, sedangkan kalian belum bisa mempunyai barang tersebut.
Jenis-Jenis Hasad
Menurut Imam Ghazali, ada tiga jenis hasad yang membahayakan manusia, yaitu:
1. Mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki orang lain, dan ia mendapatkan nikmat tersebut
2. Mengharapkan hilangnya kebahagiaan orang lain, sekalipun ia tidak mendapatkan apa yang membuat orang tersebut bahagia. Asalkan orang lain jatuh menderita, maka ia merasa bahagia.
3. Merasa tidak ridha terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada orang lain, meskipun ia tidak mengharapkan hilangnya nikmat dari orang tersebut. Ia benci apabila orang lain dapat menyamai atau melebihi apa yang diterimanya dari Allah Swt.
Menurut Imam Ghazali, ada tiga jenis hasad yang membahayakan manusia, yaitu:
1. Mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki orang lain, dan ia mendapatkan nikmat tersebut
2. Mengharapkan hilangnya kebahagiaan orang lain, sekalipun ia tidak mendapatkan apa yang membuat orang tersebut bahagia. Asalkan orang lain jatuh menderita, maka ia merasa bahagia.
3. Merasa tidak ridha terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada orang lain, meskipun ia tidak mengharapkan hilangnya nikmat dari orang tersebut. Ia benci apabila orang lain dapat menyamai atau melebihi apa yang diterimanya dari Allah Swt.
Dampak Sifat Hasad
1. Menentang takdir Allah Swt.
2. Hati menjadi susah.
3. Menghalangi keinginan berdoa kepada Allah Swt.
4. Meremehkan nikmat dari Allah Swt.
5. Merendahkan martabat orang lain.
1. Menentang takdir Allah Swt.
2. Hati menjadi susah.
3. Menghalangi keinginan berdoa kepada Allah Swt.
4. Meremehkan nikmat dari Allah Swt.
5. Merendahkan martabat orang lain.
Cara Menghindari Sifat Hasad
1. Meyakini keadilan Allah Swt.
2. Memperbanyak rasa syukur.
3. Menjaga sifat rendah hati (tawadhu’).
4. Senang membantu orang lain.
5. Mempererat tali silaturahmi.
6. Mendahulukan kepentingan umum.
1. Meyakini keadilan Allah Swt.
2. Memperbanyak rasa syukur.
3. Menjaga sifat rendah hati (tawadhu’).
4. Senang membantu orang lain.
5. Mempererat tali silaturahmi.
6. Mendahulukan kepentingan umum.
Keren pak semoga sukses dunia akhirat 😎👌
ReplyDeleteGitar ku petik, bas ku betot
ReplyDeleteHai nona cantik, bas ku betot
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete