Mujahadah
An Nafs
- Pengertian
Mujahadah An-Nafs
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol diri.
Mujahadah An-Nafs juga dapat diartikan sebagai perjuangan sungguh-sungguh atau jihad untuk melawan ego atau nafsu pribadi. Jihad atau memerangi hawa nafsu pribadi merupakan salah satu hal yang penting, sampai Nabi menyebutnya sebagai Jihad Akbar yang nilainya bahkan lebih utama dibandingkan dengan jihad memerangi orang-orang kafir.
Mujahadah an nafs sering disebut juga dengan kontrol diri, yaitu perjuangan sungguh-sungguh atau jihad melawan ego atau nafsu pribadi. Kontrol diri seringkali diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa kearah konsekuensi positif, kontrol diri pun merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses dalam kehidupan.
Jika kita menilik secara hakiki, nafsu diri atau disebut sebagai hawa nafsu merupakan poros kejahatan. Karena, nafsu diri memiliki kecenderungan untuk mencari berbagai kesenangan. Inilah kenapa Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa jihad melawan nafsu lebih dahsyat daripada jihad melawan musuh.
Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs merupakan satu sikap yang diajarkan dalam Islam agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi, mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsunya dengan selalu mengedepankan kejernihan hati dan pikiran serta perilaku mulia yang dapat meninggikan derajatnya di hadapan Allah swt.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya
“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati” (H.R. Tarmidzi: 2383)
Diantara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah SWT., yaitu dia yang mengutamakan perkara yang disukai-Nya daripada mengutamakan kehendak nafsu pribadinya. Orang-orang yang sanggup melawan hawa nafsu adalah mereka yang beriman kepada Allah swt. dan hari akhir, inilah kekuatan yang ada dalam diri umat Islam.
Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya
“Dan saya juga mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Mujahid adalah orang yang berjihad terhadap jiwanya” (H.R. Ahmad)
Perang melawan hawa nafsu merupakan jihad akbar, yang nilainya lebih utama dibanding jihad memerangi orang-orang kafir, yang sering disebut jihad kecil (al jihad al asghar) oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya
“Nabi Muhammad SAW. Bersabda: Telah kembalilah kita dari sebuah perlawanan yang kecil (perang Badar dengan orang Kaum Kafir Quraisy waktu itu), menuju peperangan yang agung, bertanyalah para sahabat: Ya Rasulullah, apa yang engkau maksudkan peperangan yang besar? Rasul menjawab: Perang melawan hawa nafsu”
Mujahadah An-Nafs adalah perjuangan sungguh-sungguh atau jihad untuk melawan ego atau nafsu pribadi. Jihad atau memerangi hawa nafsu pribadi merupakan salah satu hal yang penting, sampai Nabi menyebutnya sebagai Jihad Akbar yang nilainya bahkan lebih utama dibandingkan dengan jihad memerangi orang-orang kafir.
- Macam-macam
Nafsu
Menurut Al-Qur’an nafsu dibagi menjadi
tiga, yaitu :
- Nafsu
Ammarah,
yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan
(QS Yusuf [12] ayat 53)
وَمَا
أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
“dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan” (Q.S Yusuf [12]
: 53)
- Nafsu
Lawwamah,
yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk (QS
Al-Qiyamah [75] ayat 2)
وَلَا
أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali
(dirinya sendiri)” (Q.S Al-Qiyamah [75] : 2)
- Nafsu
Muthmainnah,
yaitu nafsu yang tenang (QS Al-Fajr [89] ayat 27-28)
يَا
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً
مَرْضِيَّةً (28)
“Hai jiwa yang tenang Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya” (Q.S Al-Fajr [89] : 27-28)
- Dalil
tentang Mujahadah An-Nafs
- Ayat Al-Qur’an
QS. Al-Anfal ayat 72
إِنَّ
الَّذِينَ آَمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ
بَعْضٍ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ
مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ
فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ
مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
بَصِيرٌ (الأنفال : 72)
“Sesungguuhnya orang-orang yang beriman
dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan
orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin),
mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang
beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu
melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta
pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu
dengan mereka. Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S Al-Anfal
: 72)
Kandungan Surah Al Anfal Ayat 72
* Kandungan Surah Al Anfal ayat 72 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a.
Allah memberikan derajat tertinggi dan mulia disisi Allah bagi orang
yang berhijrah bersama Nabi Muhammad SAW. Nabi yang rela berkorban dan
meninggalkan nafsu duniawi dan memilih berjuang di jalan Allah.
b.
Hendaknya umat islam turut berjuang di jalan Allah, bersedia menanggung
segala resiko dan duka perjuangan dan siap berkorban dengan harta dan jiwa.
c.
Umat Islam hendaknya bertindak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan ALLAH SWT. Karena Allah selalu melihat dan mengetahui apa yang
dilakukan hamba-Nya.
* Isi & Kandungan ayat
- Jalinan kasih sayang harus senantiasa
saling melindungi antar kaum muslim
- Sesama orang beriman harus saling
membantu, menolong dan memperkuat, terutama saat menghadapi musibah dan
kesulitan.
- Perlu kesungguhan bagi setiap muslim
untuk bersama-sama memikul beban berat perjuangan.
- Keberhasilan dan kesusksesan sangat
dipengaruhi komitmen yang tinggi, ikhtiar yang sungguh-sungguh dan kebersamaan
dalam merasakan suka dan duka
- Perlunya umat melakukan hijrah di saat
menghadapi situasi dan kondisi yang serba tidak menentu.
- Hadis Nabi SAW
Sabda Rasulullah SAW
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا
الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“ Rasulullah SAW bersabda : Bukanlah
orang kuat itu yang (biasa menang) saat bertarung/bergulat, tetapi orang kuat
itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah” (H.R Bukhari,
Muslim, Ahmad)
Makna dan kandungan hadits
-Pengertian kuat dalam islam bukan yang
selalu menang daat bertarung, berkelahi atau bergulat
-Pentingnya kontrol atau mawas diri
ketika meniti kehidupan.
-Kemenangan dan keberhasilan hanya dapat
diraih oleh orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya, meredam hawa nafsunya
saat marah, dan selalu meningkatkan kesabaran saat ditimpa musibah, masalah,
dan duka nestapa.
- Tingkatan
Mujahadah an-Nafs
Ibnul Qayyim Al Jauziyah berkata: Melawan jiwa itu
ada empat tingkatan,
- Mujahadatu
an-nafs dalam ta’limul huda wa dinil haq (mengenal petunjuk dan
agama yang benar).
- Mujahadatu
an-nafs dalam mengamalkan petunjuk dan agama yang benar itu setelah
mengilmuinya.
- Mujahadatu
an-nafs dalam ad-da’wah ilal haq (dakwah kepada kebenaran).
- Mujahadatu
an-nafs dalam kesabaran menghadapi kesulitan dakwah ila-Lillah dan
kejahatan manusia, serta menjalani itu semua karena Allah.
Akhir dari itu semua, apabila seseorang
menyempurnakan empat tingkatan tersebut, jadilah ia bagian dari rabbaniyyin.
- Ciri-ciri
Mujahadah An Nafs (Kontrol Diri)
Ciri-ciri seseorang yang mempunyai
kontrol diri antara lain :
a.
Kemampuan untuk mengontrol perilaku yang ditandai dengan kemampuan
mengahadapi situasi yang tidak diinginkan.
b.
Kemampuan menunda kepuasan dengan segera mengatur perilaku.
c.
Kemampuan mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan melalui
pertimbangan secara objektif.
d.
Kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan
penafsiran suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positifnya.
e.
Kemampuan mengontrol keputusan.
Orang yang rendah kemampuan mengontrol
diri cenderung akan reaktif dan terus tidak stabil
- Contoh Kegiatan dalam mempraktekan
Mujahadah An-Nafs
- Menunaikan
shalat 5 waktu tepat pada waktunya
- Menunaikan
shalat berjama’ah sesering mungkin
- Mendirikan
shalat dengan khusyuk
- Berbuat
baik kepada orang tua, baik yang masih hidup atau sudah meninggal
- Menjadi
rahmat di lingkungan sosial
- Membersihkan
hati dari rasa sombong, ria, dendam, dan dengki
- Memelihara
lisan dari perkataan bohong, guningan, dan berbantah-bantahan.
- Membersihkan
usaha dan makanan dari yang haram
- Bertaubat
kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taubat
Contoh penerapan Mujahada An-Nafs selama
pandemic korona
- Selalu menggenakan
masker setiap keluar rumah.
- Sering-sering mencuci
tangan dengan sabun setiap mau keluar / masuk rumah.
- Tidak bergerombol
dan Menjaga jarak.
- Memanfaatkan
smartphone untuk belajar/ mengerjakan tugas sekolah.
- Membuka google
classroom, membaca materi guru dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru.
- Memanfaatkan bantuan Kuota Internet dari sekolah untuk belajar.
G. Manfaat Mujahadah An-Nafs
- Menundukkan
hawa nafsu sehingga taat kepada Allah.
- Menjauhkan
nafsu dari syahwat dan menghalangi qalbu dari angan-angan serta tenggelam
dalam kelezatan dunia.
- Mengembalikan
kesabaran terhadap tekanan-tekanan ujian dan mengembalikannya kepada
ketaatan serta memusuhi kemaksiatan.
- Jalan yang
lurus yang menyampaikan kepada keridhoan Allah dan surga-Nya.
- Memusnahkan
syaitan dan bisikan-bisikannya.
- Menahan
hawa nafsu adalah kebaikan dunia dan akhirat
No comments:
Post a Comment