Menerapkan Akhlak Mulia
Asmaul Husna
(al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir)
1. Al-Karim
Kita dapat meneladani asmaul husna Al-Karim dengan cara berikut:
a. Berupaya menjadi orang yang dermawan. Orang yang dermawan akan menyedekahkan sebagian harta bendanya untuk kemaslahatan umat atau menolong kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Kenapa demikian? Karena segala yang kita miliki sebenarnya bukanlah milik kita. Akan tetapi milik Allah yang dititipkan kepada kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya harta kita digunakan untuk kebaikan bersama.
b. Menanamkan sifat mulia dalam diri kita sehingga kita menjadi seorang mukmin yang berakhlak terpuji. Dengan demikian, Allah Yang Maha Mulia akan mencintai kita karena kita menerapkan sifat mulia yang memunculkan kemuliaan.
c. Menanamkan sifat pemurah dalam diri kita. Allah swt sangat mencintai orang yang bersifat pemurah dan Dia membenci orang yang bersifat kikir.
d. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri kita terhadap orang lain secara tulus. Allah sangat mencintai kepada hamba-hamba-Nya dengan memberi kasih sayang yang melimpah. Oleh karena itu, sangatlah pantas jika kita saling mengasihi dan mencintai di antara sesama manusia.
e. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga, tamu dan orang lain. Memuliakan tetangga, tamu dan orang lain adalah salah satu lahan yang baik untuk menjalin silaturahmi. Kenapa demikian? Karena dengan memuliakan mereka dapat membukakan pintu-pintu rezeki. Di samping itu, kita akan dimuliakan oleh mereka. Bukankah hal ini merupakan balasan yang setimpal? Dan secara otomatis kita telah melaksanakan perintah Rasulullah saw.
f. Menjadi seorang pemaaf, karena Allah menyukai sifat pemaaf. Sifat pemaaf inilah akan membuat kita menjadi seorang yang hatinya lapang dan merasa semakin ringan jika menghadapi berbagai masalah yang berat. Seorang pemaaf yang mau memaafkan keasalahan orang lain terhadap dirinya termasuk orang yang sangat mulia di hadapan Allah swt. Perlu diketahui bahwa apabila seorang mukmin berkenan ikhlas memaafkan orang lain atas kesalahan yang diperbuatnya, maka derajat kemuliaannya akan ditambah oleh Allah swt. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Tidaklah seseorang memaafkan, melainkan Allah tambah kemuliaannya.”
g. Berupaya menghiasi diri kita dengan keimanan dan ketakwaan agar dapat meraih kemuliaan. Perilaku-perilaku takwa ini akan mendapat balasan yang setimpal berupa kebaikan, kebahagiaan, dan kemuliaan di hadapan Allah dan manusia.
2. Al-Mu’min
Kita dapat meneladani asmaul husna Al-Mu’min dengan cara berikut:
a. Senantiasa mengkampanyekan nilai-nilai kejujuran. Kejujuran adalah suatu sikap apa adanya yang keluar dari hati nurani setiap manusia. Nilai-nilai kejujuran inilah yang menjadi dasar untuk menciptakan kebaikan, kemaslahatan, dan kesejahteraan dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara.
b. Memberi rasa aman kepada orang lain agar kelak menjadi orang yang terpercaya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hidup jujur, menepati janji, memelihara amanat, dan tidak berkhianat. Sehingga kita dapat memberikan rasa aman terhadap sesama manusia. Selain itu, kita tidak akan berbuat zalim kepada orang lain.
c. Memiliki kepedulian untuk menolong kepada orang lain atau hati kita tergerak untuk menolong saudara muslim ketika membutuhkan bantuan, maka kita juga akan memberi rasa aman kepada mereka sehingga kita memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh orang mukmin.
d. Membina kehidupan yang tenang dengan tidak membuat onar, perkelahian, pertengkaran, tawuran, dan segala bentuk perbuatan yang meresahkan masyarakat. Hendaklah lisan dan tangan kita serta segala tindakan kita harus menimbulkan rasa aman bagi diri kita dan orang lain.
e. Menyelamatkan orang-orang yang membutuhkan keselamatan saat terjadi kecelakaan atau bencana alam. Dengan demikian, kita dapat membantu mereka untuk keluar dari bahaya dan berupaya meringankan penderitaannya.
f. Mau meminta perlindungan kepada Allah. Kenapa demikian? Karena pada dasarnya manusia adalah lemah. Mereka kebanyakan takut terkena penyakit, miskin, kelaparan dan kehausan, bahkan takut tertimpa keburukan yang besar. Dengan rasa takut inilah kita memohon perlindungan dan pertolongan dari Allah.
g. Menjaga iman kita hingga meninggal dunia. Kenapa demikian? Tiada suatu pun dalam kehidupan ini yang lebih berharga bagi kita daripada iman. Dengan bekal iman yang benar, kita bisa merasakan indahnya kehidupan dunia dan nikmatnya kehidupan akhirat. Sebab orang yang mati dengan tetap memegangi imannya, maka ia akan masuk surga dengan segala keindahannya, dan orang yang mati dengan tidak memiliki iman, maka kelak ia akan masuk neraka dengan segala kepedihannya.
h. Berusaha menjadi orang mukmin yang bertakwa. Harus kita sadari bahwa Allah kelak akan menuntut dan memberi keadilan kepada setiap umat manusia. Semuanya akan dibuka dengan sebenar-benarnya. Perbuatan baik dan buruknya seseorang, meskipun sangat kecil akan diketahui. Jadi, jika kita selama di dunia benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah, tentu kenikmatan yang besar dan abadi akan kita peroleh. Tetapi apabila keburukan yang selalu kita perbuat, siksalah yang akan selalu menemani kita. Oleh karena itu, langkah terbaik kita adalag berupaya untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
i. Menjadi orang yang terpercaya. Untuk menjadi orang yang terpercaya tidaklah mudah, banyak godaan yang selalu menghampirinya. Tetapi jika kita mampu meneladani sifat Allah Al-Mu’min dan menjadikannya pedoman bagi kita dalam bersikap dan bertindak serta sebagai penunjuk jalan untuk berusaha menjadi orang yang terpercaya, maka kita kelak akan menjadi orang yang terpercaya.
3. Al-Wakil
Kita dapat meneladani asmaul husna Al-Wakil dengan cara berikut:
a. Melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan diniatkan untuk mencari ridla Allah. Pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka insyaallah hasilnya akan maksimal dan memuaskan.
b. Menjalankan amanat yang diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Setiap amanat dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita selain dimintai pertanggungjawaban dari Allah. Dengan demikian, jika amanat itu dapat kita laksanakan dengan baik, maka kelak pertanggungjawabannya akan ringan daripada jika kita mengabaikan atau mengkhianati amanat tersebut.
c. Menghindari kemalasan dan menumbuhkan sifat bekerja keras, tekun dan ulet. Orang-orang yang mempunyai semangat yang tinggi dalam bekerja keras, tekun dan ulet akan diberikan kemudahan dalam berupaya. Hal ini menandakan bahwa ia telah menerapkan sikap dan perilaku tawakal kepada Allah. Bukankah Allah menyukai orang-orang yang tawakal dan membenci orang yang malas.
d. Memasrahkan semua urusan kepada Allah setelah berusaha dan berdoa. Orang-orang yang mau menyerahkan diri segala urusannya akan diberikan ketenangan hidup dan dihindarkan dari rasa ketakutan dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan cobaan.
e. Menanamkan tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas kita. Jika kita mengaku sebagai pelajar, maka kita bertanggung jawab untuk selalu belajar dan menuntut ilmu hingga akhir masa.
f. Berupaya untuk memelihara kesucian diri. Menjaga kesucian diri adalah wajib bagi setiap orang yang beriman. Ini merupakan pedoman agar kita bisa mempertahankan kesucian diri.
g. Mau berintrospeksi diri dari sikap dan perilaku yang kita lakukan. Dalam hidup kita tidak terlepas dari perbuatan yang buruk atau kesalahan yang telah kita lakukan. Tapi terkadang kita tidak pernah menyadari perbuatan itu. Maka kita perlu introspeksi diri dan segera bertobat. Karena Allah memerintahkan kita agar selalu memperhatikan apa yang kita kerjakan sebagai bekal kehidupan di akhirat. Hikmah dari introspeksi diri ini adalah memperbaiki diri kita, menghilangkan sifat sifat buruk dan merubahnya menjadi perilaku terpuji.
4. Al-Matiin
Kita dapat meneladani asmaul husna Al-Matiin dengan cara berikut:
a. Menerapkan sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Kenapa demikian? Karena kunci sukses dalam hidup adalah sikap disiplin yang kita wujudkan dalam berbagai bidang kehidupan kita. Tanpa disiplin yang tinggi mustahil sebuah kesuksesan bisa diraih. Menerapkan sikap disiplin memang sulit. Disiplin bisa dijalankan oleh setiap individu apabila ia ikhlas dan ridla menjalankannya.
b. Beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan setan atau iblis menyesatkan. Setan atau iblis sangat tidak suka jika ada hamba Allah yang ikhlas, khusyuk, dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah. Oleh karena itu, kita harus berupaya keras untuk tetap bersemangat dalam beribadah tanpa harus tergoda oleh bujuk rayu setan.
c. Terus berusaha dan tidak putus asa dalam berusaha dan menghadapi cobaan. Semangat inilah akan memberikan jalan atau solusi untuk mencapai harapan dan cita-cita serta bersemangat untuk selalu keluar dari cobaan.
d. Bekerja sama dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat. Saat kita tidak mampu berusaha secara sendirian, maka langkah terbaik adalah menjalin kerjasama dengan orang lain sehingga dapat memberikan kekuatan baru dalam berupaya dan mencapai keinginan yang lebih baik.
e. Memenuhi kebutuhan pribadi secara mandiri. Dengan sifat mandiri inilah kita tidak akan bergantung kepada orang lain. Di samping itu, sifat mandiri akan mengantarkan kita kepada diri yang kuat dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin rumit dan berat.
f. Tidak menggantungkan kepada selain Allah dalam memenuhi kebutuhan. Hal ini dilatarbelakangi karena segala sesuatu yang diberikan kepada kita adalah berasal dari Allah. Untuk itulah, dengan bersandar pada Allah Yang Maha Kokoh, akan membuat kita menjadi lebih kuat, tangguh, dan hebat.
g. Berusaha menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk hal-hal yang diridlai Allah. Setiap manusia diberikan kekuatan dan kemampuan yang berbeda-beda. Untuk itulah, kekuatan dan kemampuan yang ada dalam kita hendaknya digunakan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat sehingga kita mendapat ridla Allah.
5. Al-Jami’
Kita dapat meneladani asmaul husna Al-Jamii’ dengan cara berikut:
a. Mau bekerjasama dengan orang lain Tidak ada satu masalah pun yang tidak bisa diselesaikan dengan kerjasama. Sesulit apapun masalah pasti bisa diselesaikan dengan kerjasama/musyawarah. Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan oleh Allah untuk bekerjasama.
b. Hidup berdampingan secara harmonis dengan sesama manusia dan makhluk Allah yang lain. Kita sebagai makhluk sosial harus menyadari bahwa kehidupan kita membutuhkan orang lain dan makhluk Allah yang lainnya. Untuk itulah, sudah sepantasnya kita harus menjalin hidup dengan mereka secara harmonis dan tanpa merusak atau menyakitinya.
c. Menjaga pergaulan yang baik. Hal ini dapat kita lakukan dengan cara memilih teman dan sahabat yang bisa membawa pada kebaikan. Teman atau sahabat yang baik akan memberikan bimbingan dan motivasi bagi kita untuk selalu berbuat baik dan memperbaiki diri.
d. Memperbanyak silaturahim. Dengan sering bersilaturahmi akan memberikan manfaat yang begitu besar bagi kita, di antaranya dapat membuka pintu rezeki, memperpanjang umur, dan memberikan solusi atas permasalahan yang kita hadapi.
e. Tidak berbuat sombong terhadap makhluk Allah di dunia ini, tetapi saling bekerja sama untuk menggapai ridla Allah. Sikap rendah hati yang kita tunjukkan kepada orang lain akan membawa rasa penghargaan, penghormatan, dan kemuliaan yang tinggi. Sedangkan kesombongan yang kita tunjukkan kepada orang lain akan merendahkan kita dan membuat kita menjadi terasing.
6. Al-"Adl
Kita dapat meneladani asmaul husna Al-Adl dengan cara berikut:
a. Berbicara, bersikap, dan bertingkah laku terhadap orang lain dengan baik. Kalau kita merasa sakit hati bila diejek, maka orang lain juga akan merasa sakit hatinya ketika diejek. Oleh karena itu, jangan pernah mengejek orang lain. Keadilan dalam berbuat inilah selalu menyertai kita dalam kehidupan sehari-hari.
b. Jangan melakukan sesuatu yang didasari atas rasa marah, dendam, atau kepentingan diri sendiri, karena hal itu menjadikan seseorang berlaku tidak adil. Adil adalah kemuliaan dan pertanda kebaikan seorang muslim.
c. Berusaha bertindak adil dalam memberlakukan perilaku terhadap diri kita sendiri karena apa yang ingin kita berlakukan kepada orang lain telah kita alami. Tentu perbuatan kita tidak didasarkan atas rasa marah, dendam, atau kepentingan diri sendiri sehingga perbuatan itu tidak akan merugikan orang lain. Kita akan bertindak dan berbuat sesuai dengan peraturan dan ketentuan Allah. Dengan demikian, kita akan memberikan hak-hak orang lain sesuai dengan hak yang mereka miliki. Menegakkan keadilan adalah wujud pengabdian kita kepada Sang Maha Adil.
d. Kita harus bersyukur atas kebaikan Allah dan menerima tanpa prasangka atau keluhan atas apapun nasib kita yang tampaknya kurang baik. Dengan demikian, mungkin rahasia keadilan Allah akan terungkap kepada kita dan kita akan merasa berbahagia dengan kesenangan dan penderitaan yang berasal dari Allah Yang Maha Adil.
e. Berusaha menjadi seorang muslim atau muslimah yang selalu berbuat adil, baik terhadap diri kita sendiri, keluarga, dan sesama makhluk Allah. Dengan berbuat adil ini, kita akan menghindari perbuatan zalim dan tidak akan menyakiti orang lain.
f. Tidak membeda-bedakan teman dalam pergaulan. Semakin kita dapat bergaul dengan siapa saja yang membawa kebaikan, semakin luas pula pergaulan kita, maka nantinya akan membawa manfaat bagi kebaikan diri kita sendiri dan kemaslahatan bersama, baik kehidupan di dunia maupun di akhirat.
g. Berupaya memandang suatu masalah dengan baik. Hal ini dapat kita alami ketika kita mencari solusi terbaik atas persoalan yang menimpa kita sendiri maupun orang lain, terlebih jika kita diminta untuk memutusi persoalan dengan adil. Dari sinilah kita harus mampu memandang persoalan dengan melihat kebenarannya.
h. Saat kita diberikan tugas untuk membagi sesuatu atau urusan tertentu, maka kita harus bertindak adil sehingga tidak menimbulkan rasa iri dan kecemburuan di antara pihak yang berkompeten.
i. Berupaya untuk selalu menambah dan memperbanyak amal ibadah. Hal ini dikarenakan kelak pada hari pembalasan Allah akan memberikan balasan yang adil bagi orang yang banyak beramal dan memberikan siksa bagi orang yang tidak mau beribadah. Dengan demikian, kita juga akan semakin berhati-hati dalam bersikap, berkata, dan berbuat karena semua akan ada balasannya.
j. Tidak mementingkan suatu kelompok atau golongan, tetapi berusaha berada di tengah-tengah agar tidak merugikan pihak-pihak yang bersangkutan. Semua orang harus mendapat keadilan dari keputusan kita.
7. Al-Akhir
Kita dapat meneladani asmaul husna Al-Aakhir dengan cara berikut:
a. Berani bersikap baik bagi diri kita sendiri, terhadap orang lain maupun Allah swt. Hal ini mempunyai maksud bahwa kondisi baik kita didasarkan oleh ketiga hal tersebut. Oleh karena itu, apabila kita mempunyai kesalahan atau dosa kepada orang lain, maka hendaknya berani meminta maaf kepada diri kita sendiri, orang lain, dan Allah swt sehingga kelak kita tidak menanggung beban kesalahan dan dosanya di hadapan Allah.
b. Tidak sombong di hadapan manusia dan Allah. Karena kesombongan yang kita lakukan akan berakhir dengan hukuman Allah dan kelak akan mendapat pembalasan yang setimpal dari kesombongan itu.
c. Berusaha menangguhkan segala sesuatu jika memang kurang bermanfaat. Sehingga waktu-waktu kita akan selalu terisi dengan segala sesuatu yang membawa manfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain.
d. Berupaya melakukan amal ibadah hingga ajal menjemput sehingga kita meninggal dalam keadaan membawa iman, husnul khotimah dan mempunyai bekal yang cukup untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
e. Tidak menunda-nunda tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggungjawab kita. Semakin kita menunda pekerjaan, maka semakin menumpuk pula pekerjaan lainnya. Hal ini lama-kelamaan akan membuat kita menjadi stres jika tuntutan pekerjaan itu harus segera diselesaikan dengan hasil yang baik.
f. Menghindari berbuat maksiat, kejahatan atau tindakan apa saja yang akan mendatangkan murka Allah, sebab ketika kita sudah meninggal, kelak perbuatan kita itu akan dimintai pertanggungjawaban dan mendapat balasan yang pedih.
g. Berusaha untuk selalu meningkatkan ketakwaan dan amal shaleh. Hal ini dapat mengantarkan kita pada kehidupan yang baik selama di dunia dan di akhirat.
No comments:
Post a Comment